Viky Sianipar, mulai belajar dan mengenal musik mulai umur 6 tahun. Saat itu yang dia pelajari adalah musik etnis Batak. Maklumlah, dia berasal dari keluarga Batak (bisa dilihat dari namanya). Akhirnya, Viky memulai karirnya sebagai musisi sejak awal tahun 90-an saat duduk dibangku SMA. Sejak itu dia mulai bereksplorasi di jalur musik etnis kontemporer/World Music. Dan akhirnya pada awal tahun 2000-an (sekitar 2001/2002), Viky merilis album pertamanya yang berjudul "toba Dream" yang isinya mengaransemen ulang lagu-lagu etnis Indonesia dengan balutan World Music. Pada peluncuran album pertamanya itu, banyak sekali tanggapan yang beragam dari masyarakat. Ada yang kagum, senang, menilai karyanya Viky ini sangat bagus, sampai ada juga yang bilang kalau karyanya ini justru merusak lagu asli Batak. Dan yang disayangkan, penilaian yang terkhir itu justru datang dari para etnis Batak sendiri, wah wah..
Namun berkat dukungan dari keluarga besarnya, dan komunitas World Music, Viky terus semangat berkarir, dan akhirnya membangun sebuah tempat yang dinamakan Viky Sianipar Music Center, yang terletak di Jakarta Selatan. Sejak saat itu, Viky mulai memperluas nuansa musiknya ke musik etnis Indonesia yang lainnya. Untuk itu dia berkolaborasi dengan para musisi etnis yang sudah kondang, antara lain seperti Sujiwo Tejo, Kiki Dudung, Korem Sihombing, Johannes Limbeng, atau Asep B.P Natamihardja. Dalam albumnya yang bertajuk 'Indonesian Beauty', Viky juga berkolaborasi dengan Phillipe Ciminato, seorang musisi Perancis yang juga mencinyai musik etnis Indonesia. Tujuan utama dari pembuatan album ‘Indonesian Beauty’ ini adalah agar masyarakat Indonesia, khususnya generasi muda mulai memperhatikan dan mencintai nilai-nilai luar biasa yang terpendam dalam musik tradisional Indonesia.
Dalam setiap peluncuran albumnya, Viky selalu mengemas musik tradisonal dari berbagai daerah dengan balutan musik modern (katanya sih biar gak dibilang kuno gitu) namun masih tetap memasukkan unsur-unsur etnis di dalamnya. Misalkan saja, memasukkan unsur gamelan, seruling, gendang, saron, dsb. Ini ditujukan agar bisa menarik minat generasi muda untuk mendengarkan, mengenal, dan kalo bisa melestarikan lagu-lagu serta musik etnis Indonesia.
Warna musik yang ditampilkan Viky Sianipar baik dalam pagelaran maupun rekaman, adalah jenis musik yang lazim disebut World Music atau New Age. World Music adalah musik etnik tradisional yang bergandengan dengan musik modern. Dunia mengenal Enigma, Enya, Kitaro, dan Sergio Mendez, sebagai musisi yang menekuni jenis musik ini. Mendengarkan musik Viky Sianipar seakan menyadarkan bahwa musik tradisional juga ternyata sangat nikmat untuk didengarkan.
__________________________
Biografi :
[dikutip dari : klik di sini]
Viky Sianipar, lahir di Jakarta, 26 Juni 1976, anak bungsu dari Monang Sianipar dan Elly Rosalina Kusuma. Viky mempunyai tiga saudara, Sahat Sianipar, Bismark Sianipar, dan Tria Sianipar. Setelah tamat sekolah, atas anjuran orang tuanya, Viky langsung bekerja di perusahaan orang tuanya.
Namun menyadari obsesinya terhadap dunia musik, orang tua dan seluruh keluarga merelakannya untuk menekuni bidang musik yang diimpikannya. Sejak tahun 2002, Viky sepenuhnya mengabdikan hidupnya di dunia musik.
Viky Sianipar memulai pendidikan musik klasik pada tahun 1982 di Yayasan Pendidikan Musik (YPM). Pada tahun 1990 Viky mengambil kursus piano jazz di sekolah musik Farabi selama satu tahun.
Pada tahun 1995, Viky berangkat ke San Francisco untuk memperdalam bahasa Inggris. Kesempatan tersebut dimanfaatkan oleh Viky mengikuti kursus gitar blues. Dalam masa itu, ia sempat berguru kepada George Cole, seorang gitaris kenamaan, yang murid Joe Satriani.
Viky dilahirkan sebagai seorang musisi berbakat yang banyak belajar secara otodidak. Dimulai dari belajar piano, kibor, gitar, sampai beragam jenis alat musik tradisional Batak. Dengan ketekunan yang luar biasa, ia terus menerus mempelajari jiwa dari alat musik tradisional Batak.
Tahun 1997, ia bersama grup MSA Band melanglang buana dari satu cafe ke cafe lainnya. Setelah tiga tahun, MSA Band berhasil menelurkan album ‘Melangkah di Atas Pelangi’ di bawah label Universal Music. Setelah MSA Band bubar pada awal tahun 2002, Viky mulai memperdalam musik Batak. Untuk itu, ia menghabiskan waktu berminggu-minggu untuk ‘bertapa’ di Danau Toba.
Di sekitar danau kebanggaan Indonesia ini, ia mencoba menghayati keindahan alam dan suasana damai yang menyeruak. Juga kehidupan sehari-hari masyarakat, serta kekayaan seni musik yang luar biasa dari beragam etnis Batak. Dari sana ia sangat terinspirasi untuk mengemas ulang lagu tradisional Batak menjadi sebuah musik yang mendunia. Musik
Sepulangnya dari Danau Toba, Viky telah siap dengan konsep dan jiwa baru dari musik Batak. Ia lalu berkolaborasi dengan beberapa musisi tradisional Batak yang telah terkenal.
Pada 26 September 2002, ia berkesempatan mengenalkan musiknya pada masyarakat lewat konser ‘Save Lake Toba’ di Puri Agung, Sahid Jaya Hotel. Bulan Juli 2003, ia mendapat kehormatan membuat musik dan aransemen Mars Pemilu 2004.
Album :
- Toba Dream (2002)
- Toba Dream II (2003) - Didia Ho
- Nommensen (2004) feat. Tongam Sirait
- Datanglah KerajaanMu (2005) (Album Rohani - feat. SMB Vocal Contest 2005) Jakarta Finalists
- Viky Sianipar feat. Dipo Pardede
- Indonesian Beauty (2006)
- Toba Dream III (2008)
amazingggg..
BalasHapuslike ur creations..